PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
(Tugas Makalah Mata Kuliah Pengenalan Peserta Didik)
Disusun oleh :
Yossie Indriana (1213023083)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
Untuk dalam bentuk powerpoint klik link ini
BAB
I
PENDAHULUAN
2.1 Latar
Belakang
Di kehidupan sehari-hari kita sering dan tak asing
dengan istilah kepribadian atau pribadi. Kepribadian biasanya disangkutpautkan
dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan watak, sifat, penyesuaian diri,
minat, emosi, sikap dan motivasi.
Dalam aplikasinya memang perlu peninjauan kembali
akan apa yang dimaksud dengan kepribadian itu sendiri. Peninjauan tersebut bisa
diartikan dengan tidak terlampau dari ilmu kepribadian itu sendiri.ilmu tentang
kepribadian cakupannya sangat luas, yang pada perkembangan-nya, teori ini
sangat sudah maju ndengan pengenalan yang lebih luas tentang kepribadian
manusia. Namun, meskipun hanya membatasi sebagaian dari sebuah pengetahuan, tak
dipungkiri mempelajari mengenai kepribadian merupakan suatu hal yang menarik.
Kepribadian sangat perlu diketahui dan dipelajari
karena kepribadian sangat berkaitan erat dengan pola penerimaan lingkungan
sosial terhadap seseorang. Orang yang memilki kepribadian sesuai dengan pola
yang dianut masyarakat di lingkungannya, akan mengalami penerimaan yang baik,
tetapi sebaliknya jika kepribadian sesorang tidak sesuai, apalagi bertentangan
dengan pola yang dianut di lingkungannya, maka akan terjadi penolakan dari
masyarakat.
Jika terdapat kesesuaian antara kepribadian yang
dimilki dengan lingkungan sosial, akan terjadi keseimbangan di antara keduanya,
sebaliknya jika terjadi ketidaksesuaian di antara keduanya, maka akan timbul
akibat, yaitu orang tersebut akan mencari lingkungan sosial yang sesuai atau
akan mengadakan penyesuaian terhadap lingkungan sosialnya.
Karena kepribadian mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam bagaimana seseorang itu akan diterima atau tidaknya dalam suatu
lingkungan. Setiap manusia mempunyai karakteristik kepribadian yang
berbeda-beda. Disinilah peran yang sangat besar akan bagaimana memperlakukan
dan membentuk dengan baik suatu kepribadian.
Banyak sekali yang dapat mengartikan sebuah
kepribadian, baik kepribadian diartikan sebagai sesuatu yang mempunyai peran
dalam mempengaruhi orang lain, ataupun kepribadian diartikan sebagai sesuatu
yang agresif. Tak jarang kepribadian pun dapat diartikan sebagai suatu benda
yang ada atau tidak terdapat pada seseorang, ada sedikit atau banyak, memilki
tempat, dapat dilihat bentuk dan wujudnya. Yang sebenarnya kepribadian itu
sendiri sebenarnya suatu konsep abstrak yang menggambarkan bagaimana individu
dan mengapa individu berperilaku.
Berdasarkan hal-hal inilah, maka perlunya dibuat
makalah ini untuk memperjelas lebih mendalam mengenai perkembangan kepribadian.
Baik pengenalan lebih dalam dengan berdasarkan pendapat para ahli, melihat tipe tipe dari kepribadian itu sendiri
dan mngenal lebih baik kepribadian dalam membentuk konsep aku, dan
faktor-faktor yang menentukan perubahan kepribadian seseorang.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam
pembuatan makalah ini, antara lain:
1.
Apakah
kepribadian itu?
2.
Bagaimanakah
“Konsep Aku” dalam perkembangan kepribadian?
3.
Apasajakah
tipe tipe kepribadian berdasarkan pendapat para ahli?
4.
Faktor-faktor
apasajakah yang dapat menentukan perubahan kepribadian seseorang?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian
kepribadian.
2. Untuk mendeskripsikan “Konsep Aku” dalam
perkembangan kepribadian.
3. Untuk menjelaskan tipe tipe kepribadian berdasarkan
pendapat para ahli.
4. Untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
perubahan kepribadian seseorang.
BAB
II
ISI
2.2 Pengertian
Kepribadian
Kepribadian bahasa Inggrisnya “personality”, berasal
dari bahasa Yunani “per” dan “sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal
dari kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai
topeng tersebut, (Sukmadinata, 1960 : 136-137)
Sehubungan dengan kedua asal kata tersebut, Ross
Stagner (1961) dalam buku Sukmadinata
yang berjudul Landasan Psikologi Proses Pendidikan (1960 :
136-137), mengartikan
kepribadian dalam dua macam. Pertama, kepribadian sebagai topeng (mask
personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semu
atau mengandungh kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality) yaitu
kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.
Personality atau kepribadian berasal dari kata
persona yang berarti topeng, yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri.
Bagi bangsa Romawi persona berarti “bagaimana seseorang tampak pada orang
lain”, jadi bukan diri yang sebenarnya. Adapun pribadi yang merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris person, atau persona dalam bahasa Latin yang
berarti manusia sebagai perserorangan, diri manusia atau diri orang sendiri.
Sumber lain melihat, pribadi (persona, personeidad)
adalah akar struktural dari kepribadian, sedang kepribadian (personality,
personalidad) adalah pola prilaku seseorang di dalam dunia, (Djaali, 2008 :
2-3)
Secara fisolofis dapat dikatakan bahwa pribadi
adalah “aku yang sejati” dan kepribadian merupakan “penampakan sang aku” dalam
bentuk perilaku tertentu. Di sini muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah
kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang diperoleh dari apa yang
dipikir, dirasakan, dan diperbuat yang terungkap melalui perilaku, (Djaali,
2008 : 2-3).
Meskipun secara eksplisit Littauer di dalam buku
Djaali yang berjudul Psikologi Pendidikan
(2008 : 3) tidak merumuskan apa yang disebut dengan kepribadian, namun ia
mengutip pendapat David Lykken bahwa kepribadian sebagai suatu perangai dan
langkah serta semua kekhasan yang membuat orang berbeda dari orang laindalam
hal kemungkinan hubungan genetik tertentu dalam diri manusia. Dengan demikian,
kita dapat melihat bahwa kepribadian memiliki arti yang sangat khas dan
kompleks, karena mengacu kepada suatuy proses yang dapat dilakukan manusia
sejak kecil hingga dewasa. Dalam uraian di atas ditunjukkan dengan “kelanjutan
masa lalu”.
Allport juga dalam buku Djaali yang
berjudul Psikologi Pendidikan (2008 :
2) mendefinisikan personality sebagai susunan
sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan
penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud
Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional,
perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai
dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian
merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan
saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan
dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu
tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan
berbeda dengan orang lain.
2.3 Konsep
Aku
Manusia adalah makhluk yang istimewa, selain karena
memiliki kemampuan-kemampuan lebih tinggi dari makhluk lainnya ia juga memiliki
apa yang disebut aku, diri atau dalam bahasa Inggrisnya Self atau Ego. Karena
memiliki aku ini dia dapat berdialog dengan orang lain yang juga punya aku.
Individu juga dapat berdialog dengan dirinya, sebab aku ini bisa berperan
sebagai subjek (I) dan bisa juga berperan sebagai (Me).
Aku atau self meliputi segala kepercayaan, sikap,
perasaan dan cita-cita, baik yang disadari ataupun tidak disadari individu
tentang dirinya. Aku yang disadari oleh individu disebut self picture atau
gambaran aku, sedang aku yang tidak disadari disebut unconcious aspect of the
self atau aku tak sadar.
Setiap orang mempunyai kepercayaan, sikap, perasaan
dan cita-cita akan dirinya, apakah sikap, perasaan dll-nya itu tepat atau
tidak, realistis atau tidak. Ketepatan dan kerealistisan sikap dsb. Itu akan
mempengaruhi kondisi kepribadiannya terutama kesehatan mentalnya. Seseorang
yang memiliki kepercayaan lebih akan dirinya, akan mencita-citakan sesuatu yang
jauh di atas kemampuannya, sehingga kemungkinan mendapat kegagalan besar
sekali. Orang yang mempunyai kepercayaan lebih juga akan menilai rendah kepada
orang lain. Sebaliknya orang yang yang kurang percaya diri, akan banyak
diliputi keraguan, ketidakberanian untuk bertindak, rasa rendah diri dsb.
Kesehatan mental sangat didukung oleh ketepatan
sikap dan perasaa akan dirinya. Sikap akan diwujudkan dalam penerimaan atau
penolakan akan dirinya, sedang perasaan dinyatakan dalam rasa senang atau tidak
senang akan keadaan dirinya. Sikap menolak dan membenci diri merupakan pangkal
ketidaksehatan mental.
Sikap menerima diri dan mencintai diri yang
berlebihan juga merupakan gejala ketidaksehatan mental. Cinta diri yang
berlebihan dapat menyebabkan kepribadian yang disebut narsisme (sangat cinta
diri sendiri sehingga susah mencintai yang lain), sedang benci diri yang
berlebihanm menyebabkan masohisme atau suka menyiksa diri. Orang yang suka
menyiksa diri cenderung juga suka menyiksa orang lain atau sadisme.
Setiap orang mempunyai cita-cita akan dirinya,
menjadi mahasiswa yang berprestasi, pemimpin yang berhasil, pengusaha yang
sukse, suami yang membahagiakan istri, istri yang disayangi suami, orang tua
yang dicintai anak-anaknya dsb. Cita-cita yang realistis atau sesuai dengan
kemampuan mungkin dapat tercapai, tetapi cita-cita yang terlalu tinggi bisa
jadi sukar sekali dapat dicapai, sehingga kegagalanlah yang menjadi akibatnya.
Sebaliknya cita-cita yang terlalu rendah, tidak akan mendorong kemajuan. Oleh
karena itu dasar bagi kesehatan mental dan keberhasilan hidup adalah
dimilikinya gambaran aku atau self picture yang tepat dan realistis. Setiap
orang memiliki kelebihan dan kekurangan, seorang yang punya gambaran aku yang
realistis adalah yang mampu melihat kekurangan dan kelebihan ini, tanpa
melebih-lebihkan atau menguranginya. Gambaran kau yang realistis, juga menjadi
bekal bagi yang melihat gambaran aku yang lain. Seorang yang punya gambaran aku
yang realistis, akan mampu pula melihat gambaran aku orang lain secara
realistis pula.
Gambaran aku atau aku yang disadari mungkin tepat
dan realistis, tetapi secara tidak sadar individu mempunyai kepercayaan, sikap,
perasaan dan cita-cita yang jauh di atas atau di bawah kenyataan. Keadaan ini
pun dapat mengganggu kesehatan mental individu.
Kepribadian yang sehat, didukung oleh gambaran aku
yang realistis baik secara sadar maupun tidak sadar. John F. Pietrofesa
merumuskan adanya tiga komponen dari konsep aku, yaitu: aku ideal (ideal self),
aku yang dilihat oleh dirinya (self as seen by self) dan aku yang dilihat orang
lain (self as seen by others).
Dalam keadaan ideal ketiga aku ini persis sama,
apabila digambarkan dengan lingkaran, ketiganya akan berhimpitan sepenuhnya.
Semakin lebar bidang yang tidak berhimpitan, menunjukkan semakin tidak ada
kesesuaian antara ketiga komponen aku tersebut. Hal itu menunjukkan adanya
ketidakteraturan dalam kepribadian individu.
Seseorang yang memiliki aku yang tidak realistis,
tidak ada kesesuaian antara aku sadar dengan aku tidak sadar, tidak ada
kesesuaian antara aku yang dilihat oleh dirinya, dengan aku yang dilihat orang
lain, akan beeusaha mengadakan beberapa usaha pertahanan diri atau defence
mechanism.
Ada beberapa bentuk pertahanan diri, di antaranya:
1.
Melakukan
penyerangan atau defense by attack. Untuk menutupi dan mempertahankan aku
buatannya seseorang melakukan berbagai bentuk penyerangan, baik dengan
kata-kata atau tulisan maupun dengan perbuatan, seperti marah, mencaci maki,
merusak, menyakiti, bahkan samapai menghancurkan atau membunuh.
2.
Melariakn
diri atau defence by withdrawing. Sebagai lawan dari yang pertama, individu
mempertahankan diri melalui berbagai bentuk perbautan pelarian. Contoh nyata
dari perbuatan pelarian adalah: menghindarkan diri dari tugas atau tanggung
jawab.
3.
Mengubah
lingkungan atau restructuring the world. Untuk mempertahankan dirinya seseorang
berusaha mengubah hal-hal yang ada di luar dirinya, melemparkan pangkal
kesalahan kepada orang lain atau lingkungannya.
4.
Mengubah
diri sendiri atau restructing the self. Sebagi lawan dari pengubahan lingkungan
seseorang mempertahankan diri melalui mengubah (bukan secara realistis) keadaan
dirinya. Individu mencari-cari alasan pada dirinya agar kesalahannya dapat
dimaafkan oleh orang lain.
2.4 Tipologi
Kepribadian
Kepribadian meruapakan suatu kesatuan yang
menyeluruh dan kompleks. Setiap orang memiliki kepribadian tersendiri. Walaupun
demikian para ahli tetap berusaha untuk menyederhanakannya dengan cara melihat
satu atau beberapa faktor dominan, atau ciri utama, atau melihat beberapa
kesamaan. Atas dasar itu maka sejak lama para ahli mengadakan pengelompokkan
kepribadian atau tipologi kepribadian.
Tipologi kepribadian yang tertua adalah bersifat
jasmaniah, yaitu berdasarkan cairan-cairan badan (biochemical type).
Hippocrates (400 sebelum Masehi), yang kemudian diperkuat oleh Galenus (150
sebelum Masehi), mengembangkan suatu teori tipologi kepribadian berdasarkan
cairan tubuh yang menentukan temperamen (kehidupan emosi) seseorang. Menurut
kedua ahli tersebut ada empat cairan tubuh yang menentukan tempramen seseorang,
yaitu: empedu hitam, empedu kuning, lendir, dan darah. Berdasarkan
dominasi/kekuatan sesuatu cairan pada seseorang maka ada empat tipe
kepribadian, yaitu:
1.
Choleric
(choler adalah empedu kuning). Yang dominan pada orang tersebut adalah empedu
kuning. Seorang Choleric memiliki tempramen cepat marah, mudah tersinggung,
tidak sabar dsb.
2.
Melancholic
(malas dan choler adalah empedu hitam). Yang dominan pada orang Melancholic
adalah empedu hitam, dia memiliki temperamen pemurung, penduka, mudah sedih,
pesimis, dan putus asa.
3.
Phlegmatic
(phlegma adalah lendir). Seorang Phlegmatic yang didominasi oleh lendir dalam
tubuhnya, memiliki tempramen yang serba lamban, pasif, malas, dan apatis.
4.
Sanguinic
(sanguine adalah darah). Yang dominan pada orang ini adalah darah, ia memiliki
sifat-sifat penting, periang, aktif, dinamis, cekatan.
Tipologi
ini didasarkan atas teori yang lahir dari pemikiran filosof, dan bukan
penelitian empiris. Meskipun bersifat biokimiawi, tetapi cairan-cairan tersebut
sukar untuk dibuktikan secara kimiawi, apalagi pengaruhnya terhadap perilaku
seseorang. Adanya orang-orang yang bertempramen demikian dapat kita temukan
dalam kenyataan.
Tipologi lain yang juga masih bersifat jasmaniah
adalah dari Kretchmer. Berdasarkan hasil penelitian empiris dengan sejumlah pasien
yang mengalami gangguan psikis, Kretchmer pada tahun 1925 menyimpulkan adanya
empat tipe kepribadian individu yang digolongkan berdasarkan bentuk tubuh.
1.
Asthenicus
atau Leptosome, yaitu orang-orang yang berperawakan tinggi kurus. Orang
berperawakan tinggi kurus, dada sempit, lengan kecil panjang, oto-oto kecil,
dagu sempit, perut kempis, muka cekung, kekurangan darah, memiliki sifat-sifat
kritis, memilki kemampuan berpikir abstrak, suka melamun, sensitif.
2.
Pycknicus,
seorang yang berperawakan pendek gemuk, tubuh bulat, muka bulat, lengan lembut
bulat, dada kembung, perut gendut. Mereka memiliki sifat-sifat periang, suka
humor, populer, hubungan sosial luas, banyak kawan, suka makan.
3.
Athleticus,
seorang yang bertubuh tinggi besar, berbadan kukuh, otot-oto besar, dada
bidang, dagu tebal. Seorang athleticus senang pada pekerjaan-pekerjaaang
membutuhkan kekuatan fisik, mereka adalah pemberani, agresif, mudah
menyesuaikan diri, berpendirian teguh.
Menurut Kretchmer ketiga tipe tersebut adalah tipe
yang ekstrim. Di samping itu ada orang-orang yang perkembangannya di antaranya.
Mereka disebut tipe campuran atau tipe Dysplastic. Telah disebutkan di muka
bahwa studi Kretchmer dilakukan kepada para pasien yang mengalami gangguan
psikis. Banyak ahli yang berpendapat bahwa tipologi tersebut hanya berlaku bagi
mereka yang mengalami gangguan psikis, tetapi menurut Kretchmer tipologinya
berlaku juga bagi orang sehat. Gangguan psikis yang diserita seorang Asthenius
adalah Schizophrenia, sedang Pycknicus adalah maniac depressive. Seorang
Asthenicus normal memiliki kepribadian Schizothyme, sedang Pycknicus
berperibadian Cyclothyme.
Hampir sejalan dengan tipologi Kretchmer adalah
tipologi dari Sheldon (1940). Berdasarkan penelitian empiris terhadap
unsur-unsur jaringan tubuh dalam embrio, Sheldon menyimpulkan adanya tiga tipe
khas manusia berdasarkan bentuk tubuh, yaitu:
1.
Endomorphic,
berbadan pendek gemuk dengan ciri-ciri kepribadian yang disebutnya sebagai
Viscerotonis, yaitu: senang makan, hidup mudah, tak banyak yang dipikrkan, rasa
kasih sayang, senang bergaul, toleran, rileks.
2.
Mesomorphic,
berbadan tinggi besar dengan ciri kepribadian Somatonia, yaitu: senang akan
kekuatan jasamaniah, aktif, agresif, energik.
3.
Echmorphic,
berbadan tinggi kurus dengan ciri kepribadian Cerebrotonia, yaitu: suka
berpikir, melamun, senang menyendiri, pesimis, mudah terharu.
Tipologi Sheldon mirip dengan tipologi dari
Kretchmer, kelebihannya Sheldon menambahkan ciri kepribadian utama dari
masing-masing tipe, dengan sifat-sifat yang juga tidak banyak berbeda dari
Kretchmer. Sesungguhnya setiap orang memiliki ketiga ciri kepribadian yang
dikemukakan oleh Sheldon, hanya pada orang tertentu suatu ciri lebih menonjol
dibandingkan dengan yang lainnya.
Tipologi lain diberikan oleh Carl Gustav Jung,
seorang psikiatris dari Swiss. Kalau ketiga tipologi yang telah diuiraikan di
muka merupakan tipologi berdasarkan ciri-ciri jasmaniah, maka tipologi Jung
berdasarkan ciri-ciri psikis.
Berdasarkan kecenderungan hubungan sosialnya, maka
Jung membedakan dua tipe manusia, yaitu tipe Ekstravert dan Introvert. Seorang
yang bertipe Ekstravert, mempunyai ciri-ciri keputusan dan reaksi-reaksinya
ditentukan oleh hubungan objektif, bukan oleh hubungan subjektif. Perhatiannya
lebih banyak tertuju ke luar, yaitu kepada lingkungan, lebih mendahulukan
kepentingan lingkungannya daripada kepentingan dirinya, pribadinya terbuka, bersikap
objektif dan nyata. Seorang Introvert perhatiannya lebih tertuju ke dalam
dirinya, lebih banyak dikuasai oleh nilai-nilai subjektif. Apa yang
dilakukannya banyak didasari oleh cita-cita dan pemikirannya sendiri yang
bersifat absolut dan diseduaikan dengan nilai-nilain dirinya.
Selanjutnya Jung juga menambahkan bahwa ada empat
fungsi dasar pada individu, yaitu fungsi: berpikir, perasaan, pengindraan dan
intuisi. Kalau dikombinasikan dengan kedua tipe dia atas maka Ekstravert
pemikir, perasa, pengindra, dan intuisi; juga Introvertpemikir, perasa
pengindra dan intuisi. Orang yang benar-benar Ekstravert atau Introvert
jumlahnya tidak banyak, kebanyakan bersifat diantaranya, yaitub Ambivert.
Tipologi lain dikembangkan oleh Spranger, seorang
filsuf Jerman. Spranger mengelompokkan individu atas dasar kecenderungannya
akan nilai-nilai dalam kehiduapn. Menurut Spranger ada enam tipe kepribadian
atas dasar kecenderungan akan nilai:
1.
Theoretic atau manusia
teoritis , mereka yang mendasarkan tindakan-tindakannya atas dasar nilai-nilai
teoritis atau ilmu pengetahuan. Tipe ini memiliki dorongan yang besar untuk
meneliti, mencari kebenaran, rasa ingin tahu, pandangan yang objektif tentang
dirinya dan dunia luar.
2.
Economic , mendasarkan
aktivitasnya atas dasar nilai-nilai ekonomi, yaitu prinsip untung rugi.
Perilakunya selalu diwarnai oleh dorongan –dorongan ekonomi, melihat manfaat
sesuatu benda bagi kehidupan, segala sesuatu dilihat dari manfaat atau
kegunaannya terutama untuk dirinya.
3.
Aesthetic yaitu mereka
yang menjadikan nilai-nilai keindahan (estetika) sebagai dasar dari pola
hidupnya. Sifat-sifat individu dari tipe ini adalah, senang akan keindahan,
bentuk-bentuk simetris, harmonis, segala sesuatu dipandang dari sudut
keindahan.
4.
Sociatic mereka yang
lebih mengutamakan nilai-nilai sosial atau hubungan dengan orang lain sebagai
pola hidupnya. Beberapoa sifat tipe ini, menyenangi orang lain, simpatik, baik,
meninjau persoalan dari hubungan antar manusia.
5.
Politic, yaitu mereka
yang menjadikan nilai-nilai politik sebagai pola hidupnya. Ia memiliki dorongan
untuk meguasai orang lain, menjadi manusia terpenting dalam kelompoknya.
6.
Religious mengutamakan
nilai-nilai spiritual hubungan dengan Tuhan. Perilakunya didasari oleh
nilai-nilai keagamaan, keimanan yang teguh, penyerahan diri kepada Tuhan.
Selain
itu Erich Fromm membagi manusia atas dua tipe berdasarkan orientasi dirinya,
yaitu yang Berorientasi Produktif atau Productive Orientation dan yang
Berorientasi Tidak Produktif atau Unproductive Orientation. Individu yang memiliki
Orientasi Produktif, adalah yang memiliki pandangan realistis, mampu melihat
segala sesuatu secara objektif, dengan kelebihan dan kekurangannya. Ia
beranggapan bahwa dirinya mempunyai kekuatan, kemampuan, tetapi juga
kekurangan-kekurangan, demikian juga halnya orang lain ada kelebihan dan kekurangannya. Untuk mengatasi segala
persoalan yang dihadapi dalam hidupnya diperlukan suatu kerjasama. Setiap
individu wajib mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya, serta wajib
berusaha untuk mencapai apa yang dicita-citakannya.
Individu
yang memilki Orientasi Tidak produktif, ada beberapa bentuk.
1.
Receptive atau
Penerima. Tipe ini mempunyai asumsi bahwa sumber kekuatan ada di luar dirinya,
dia tidak bisa apa-apa, yang bisa dia lakukan adalah menerima apa yang dibuat
dan dihasilkan oleh orang lain.
2.
Exploitative atau
Pemeras. Tipe ini hampir sama dengan tipe pertama, bahwa sumber kekuatan ada di
luar dirinya, tetapi cara menguasainya bukan dengan cara menerima tetapi harus
merebutnya. Semboyan orang dari tipe ini adalah “mangga curian lebih enak dari
pada yang ditanam sendiri”
3.
Hoarding atau Tertutup.
Individu yang bertipe ini punya anggapan bahwa sumbern kekuatan ada pada
dirinya. Karena dia merasa kuat dan mampu sendiri, amka ia tidak membutuhkan
saran, pendapat, atau pun kerjasama dengan orang lain, dirinya tertutup untuk
dunia luar.
4.
Marketing Personality
atau Pribadi Pasar. Tipe ini bertolak dari anggapan yang sama dengan tipe tiga,
bahwa sumber kekuatan ada adalam dirinya, tetapi caranya adalah menjual atau memasarkan
apa yang ia miliki. Pribadi pasar ini, seperti halnya pedagang ia berusaha
menjual apa yang laku dipasaran dengan harga tinggi. Jadi Pribadinya
berubah-ubah sesuai denganpasaran, atau situasi kondisi yang memintanya.
Apa
yang dikemukakan oleh Fromm bukan sekedar tipe-tipe kepribadian, tetapi juga
pemisahan mana pribadi yang sehat dan mana yang tidak sehat. Orientasi
Produktif menunjukkan pribadi sehat, sedang Orientasi yang tidak produktif
menunjukkan pribadi yang tidak sehat.
2.4 Faktor Penentu Perubahan
Kepribadian
Perubahan
dalam kepribadian tidak terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil
pematangan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, dan
faktor-faktor individu.
1.
Pengalaman Awal
Sigmund Freud
menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa kanak-kanak) dalam
perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah
pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.
2.
Pengaruh Budaya
Dalam menerima budaya
anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan
standar yang ditentukan budayanya.
3.
Kondisi Fisik
Kondisi fisik
berperngaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian seseorang.
Kondisi tubuh menentukan apa yang dapat dilakuakn dan apa yang tidak dapat
dilakukan sesorang. Secara tidak langsungsesorang akan merasa tentang tubuhnya
yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnnya. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian antara
lain kelelahan, malnutrisi, gangguan fisik, penyakit menahun, dan gangguan
kelenjar endokrin ke kelenjar tiroid (membuat gelisah, pemarah, hiperaktif,
depresi, tidak puas, curiga, dan sebagainya)
4.
Daya Tarik
Orang yang dinilai oleh
lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian
yang diinginkan daripada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka
yang memilki karakteristik menarik akan memperkuat siakp soasial yang
menguntungkan.
5.
Inteligensi
Perhatian yang
berlebihan terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak yang
kurang pandai merasa bodoh apabila berdekatan dengan orang yang pandai
tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
6.
Emosi
Ledakan emosi tanpa sebab
yang tinggi diniali sebagai orang yang tidak matang. Penekanan ekspresi
emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau bekerja sama
dan sibuk sendiri.
7.
Nama
Walaupun hanya sekedar
nama, tetpi memilki sedikit pengaruh terhadap konsep diri, namun pengaruh itu
hanya terasa apabila naka menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi orang yang
berarti dalam hidupnya. Nama yang diapaki memanggil mereka (karena nama itu
mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran
orang lain) akan mewarnai penilaian orang terhadap dirinya.
8.
Keberhasilan dan
Kegagalan
Keberhasilan dan
kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri,
sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri.
9.
Penerimaan Sosial
Anak yang diterima
dalam kelompok sosailanya dapat memngembangkan rasa percaya diri dan
kepandaiannya. Sebaliknya anak aynag tidak diterima dalam lingkungan sosialnya
akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
10. Pengaruh
keluarga
Pengaruh keluarga
sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah
keluarga dan di dalama keluarga itulah diletakkan sendi-sendi dasar
kepribadian.
11. Perubahan
Fisik
Perubahan kepribadian
dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan fisik yang mengarah kepada
perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik yang mengarah pada
klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran menuju
arah yang lebih buruk.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik bahwasanya
kepribadian seseorang dalam perkembangannya membutuhkan dukungan serta bantuan
dari orang-orang disekitarnya. Dalam pembentukan “Konsep Aku” dijelaskan bahwa
setiap manusia mempunyai kemungkinan-kemungkinan dalam mengkonsep bagaimana
akan terbentuk kepribadiannya. Kemungkinan itu dapat baik dan dapat pula buruk.
Dalam pembentukan kepribadian itu sendiri tak terlepas peran lingkungan dari si
individu itu sendiri. Bagaimana lingkungan memperlakukannya dan bagaimana
setiap individu dapat menjaga kemungkinan-kemungkinan terburuk akan bagaimana
perkembangan kepribadiannya yang pada akhirnya pun akan mempengaruhi
kelangsungan hidupnya. Maka dari itu, para ahli mengelompokkan tipologi
kepribadian agar dapat menganalisis lebih dalam akan kepribadian yang dimilki
oleh setiap individu. Karena terkadang tanpa disadari, setiap individu
mempunyai kepribadian yang potensial yang sebenarnya dapat dijadikan aset
sebagai karakteristik setiap individu itu sendiri. Tanpa melupakan kemungkinan
terburuk dalam proses perkembangannya terdapat pula faktor-faktor disekitarnya
yang dapat merubah kepribadian seseorang menjadi kepribadian yang lebih baik
ataupun membentuk kepribadian yang lebih buruk.
3.2 Saran
Diharapkan dari pembuatan makalah ini, setiap
pendidik dapat mngetahui secara pasti kepribadian dari peserta didiknya, tanpa
mereka-reka dengan landasan yang tidak kuat. Dikarenakan setiap pendidik yang
salah menangkap tipikal kepribadian peserta didik akan mempengaruhi psikologis
dari peserta didik itu sendiri. Meskipun kepribadian itu sendiri bersifat
abstrak, namun dengan penganalisisan yang baik dan dengan pengetahuan yang
mendalam akan perkembangan kepribadian. Maka kemungkinan terjadinya
kesalahpahaman dalam menyimpulkan kepribadian peserta didik dapat terhindari.
Dan diharapkan pula dengan pembuatan makalah ini,
setiap pendidik dapat membentuk “konsep aku” secara baik kepada peserta didik.
Dengan tetap berusaha mengindari perubahan kepribadian peserta didik ke arah
yang tidak baik, dengan cara mngetahui faktor-faktor penentu perubahan
kepribadian peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih.
2007. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Hariyanto. 2010. Pengertian Kepribadian (Personality). Diunduh di http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepribadian/
pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 16.00 WIB di Bandar Lampung